GetMenit.com – Ada kejutan besar di dunia musik dan film Indonesia! Iwan Fals, sang legenda hidup, berduet dengan Isyana Sarasvati untuk membawakan lagu Bunga Terakhir sebagai soundtrack resmi film animasi Panji Tengkorak produksi Falcon Pictures.

Lagu yang awalnya dipopulerkan Romeo pada 1999 ini kini dibawakan ulang dalam konsep live recording yang emosional dan menyentuh, cocok dengan kisah dramatis Panji Tengkorak yang memilih ilmu hitam setelah kehilangan cinta sejatinya.
Yuk simak 6 fakta menarik di balik kolaborasi epik ini:
1. Latihan 30 Kali Demi Satu Take Sempurna
Untuk mencapai hasil maksimal, Isyana dan Iwan Fals menjalani tiga sesi latihan, masing-masing 10 kali duet. Total 30 kali menyanyikan Bunga Terakhir sebelum live recording dilakukan!
“Konsepnya live. Kami berdiri bareng, nyanyi dari awal sampai akhir tanpa potong. Benar-benar butuh energi dan kekompakan,” ujar Isyana Sarasvati.
2. Lagu Lama, Makna Baru
Kenapa Bunga Terakhir? Menurut produser Frederica, lirik lagu ini merepresentasikan kisah Panji Tengkorak yang tragis. Kehilangan cinta sejati membuat sang tokoh memilih jalan gelap. Lagu ini pas menjadi roh cerita.
3. Saya Tambah Muda!
Iwan Fals mengaku semangatnya seperti kembali muda saat rekaman bareng Isyana.
“Saya tambah muda ha ha ha! Karena duet sama Isyana,” ungkap Iwan sambil tertawa.
Suara dan energi keduanya menciptakan versi baru Bunga Terakhir yang menuai banyak pujian.
4. Denny Sumargo Merinding Disco
Aktor Denny Sumargo, yang menjadi pengisi suara utama di film ini, mengaku terkejut sekaligus terharu mendengar duet ini bakal jadi soundtrack.
“Ini bukan cuma rencana manusia. Ini semesta yang bekerja. Gue merinding!” katanya.
5. CV Isyana Makin Gemuk!

Isyana merasa proyek ini adalah pencapaian luar biasa dalam kariernya. Meski sudah pernah tampil sepanggung dengan Iwan Fals, ini kali pertama mereka rekaman soundtrack bersama.
“Duet bareng Iwan Fals untuk film? Itu enggak mungkin aku tolak. CV-ku bertambah!” katanya bangga.
6. DNA Musik Indonesia di Film Panji Tengkorak

Frederica, produser Falcon Pictures, menjelaskan alasan memilih Iwan dan Isyana bukan sekadar karena kualitas vokal. Namun juga karena mereka dianggap bisa mewakili DNA dan warisan musik Indonesia.
“Panji Tengkorak adalah IP klasik Indonesia. Kami ingin representasi musikalnya juga mencerminkan warisan ini,” jelasnya.
Kolaborasi lintas generasi ini tidak hanya memberi warna pada film Panji Tengkorak, tapi juga membuktikan bahwa musik adalah jembatan lintas zaman. Lagu lawas bisa hidup kembali dalam wujud baru, dan duet dua ikon beda generasi ini adalah buktinya.
(Naz)