GetMenit.com, Tangerang – Pernahkah Anda melihat si kecil menggigit kukunya saat gelisah atau gugup? Kebiasaan ini memang sering dianggap sepele. Namun, menurut pakar psikologi anak, perilaku seperti ini bisa menjadi sinyal bahwa anak sedang mengalami tekanan emosional atau kecemasan yang belum mampu mereka ungkapkan secara verbal.
Menurut Psikolog Klinis Anak RS Siloam Sriwijaya, Devi Delia, M.Psi., perilaku menggigit kuku, menarik rambut, atau bahkan menggigit kulit sendiri adalah bentuk komunikasi nonverbal anak ketika mereka mengalami emosi yang sulit ditangani.
“Sekilas bisa kelihatan kalau anak sedang cemas. Misalnya suka menggigit kuku, kerudung, atau bahkan kulit. Ini cara mereka menenangkan diri saat tidak tahu harus bagaimana,” jelas Devi dalam sesi Live Instagram bersama Haibunda.
Gigit Kuku Bisa Menandakan Emosi yang Terpendam
Kebiasaan fisik seperti menggigit kuku seringkali menjadi saluran ekspresi bagi anak yang belum mampu menyampaikan perasaannya secara langsung. Anak-anak belum memiliki kemampuan emosional sekuat orang dewasa, sehingga mereka menyalurkan rasa tidak nyaman melalui gestur tubuh atau tindakan repetitif.
Hal ini biasanya muncul saat anak menghadapi tekanan seperti:
- Lingkungan sekolah yang menantang,
- Perubahan suasana di rumah,
- Kurangnya dukungan emosional,
- Atau bahkan karena terlalu sering dimanja.
Tanpa disadari, kebiasaan ini bisa berlanjut dan berdampak pada tumbuh kembang anak jika tidak ditangani sejak dini.
Mengapa Anak Bisa Mengalami Kecemasan?
Salah satu penyebab umum kecemasan pada anak adalah pola asuh yang terlalu memudahkan mereka. Jika setiap masalah diselesaikan oleh orang tua, maka anak kehilangan kesempatan untuk melatih ketahanan emosional dan kemampuan menghadapi tekanan.
Akibatnya, anak mudah panik dan cemas ketika menghadapi situasi sulit di luar rumah. Terlebih lagi, jika mereka tidak dibiasakan mengungkapkan emosi, maka perasaan itu akan tertahan dan muncul dalam bentuk kebiasaan yang tidak disadari.
Langkah-Langkah Mengatasi Kecemasan Anak Secara Empatik
Psikolog Devi menyarankan beberapa langkah yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak mengenali dan mengelola emosinya:
1. Respon dengan Empati, Bukan Kemarahan
Jika anak terlihat menggigit kuku atau menunjukkan tanda-tanda cemas, hindari langsung memarahinya. Respon keras justru membuat anak semakin tertekan dan tertutup.
Coba beri pelukan, tatap mata anak dengan tenang, dan hadirkan suasana nyaman agar mereka merasa didengarkan.
2. Validasi Emosi Anak
Sampaikan bahwa apa yang mereka rasakan adalah sesuatu yang wajar. Validasi emosi membuat anak merasa dihargai dan tidak sendirian.
Contoh kalimat seperti, “Kamu lagi nggak nyaman, ya?” bisa menjadi pembuka yang hangat untuk membangun komunikasi.
3. Bantu Anak Mengenali Emosinya
Setelah anak merasa lebih tenang, ajak ia mengenali apa yang sedang dirasakan. Gunakan pertanyaan sederhana seperti, “Kamu marah?” atau “Kamu sedih, ya?”
Langkah ini membantu anak mulai memahami dunia emosinya sendiri.
4. Ajarkan Cara Tenang yang Positif
Bantu anak menemukan cara sehat untuk menenangkan diri seperti:
- Menggambar atau mewarnai,
- Bernapas dalam-dalam,
- Mendengarkan musik,
- Atau membaca buku favorit.
Rutinitas kecil seperti doa sebelum tidur juga bisa menjadi momen refleksi sekaligus penguat ikatan emosional antara anak dan orang tua.
Perhatikan Isyarat Emosi Anak dari Hal Terkecil
Kebiasaan menggigit kuku pada anak bisa menjadi alarm awal adanya kecemasan. Dengan kepekaan, kesabaran, dan pendekatan yang empatik, orang tua dapat membantu anak memahami dan mengelola emosinya dengan cara yang sehat.
Perhatikan perubahan kecil dalam kebiasaan anak, jangan abaikan. Kadang, bahasa tubuh mereka berbicara lebih banyak daripada kata-kata.