GetMenit.com, Cianjur – Sebuah fenomena langka menggemparkan warga Cianjur, Jawa Barat. Sebatang bambu petuk / pring petuk yang diyakini asli terekam tengah mengeluarkan air secara terus-menerus, tanpa terlihat adanya bantuan selang, pipa, ataupun alat bantu lain. Video kejadian ini pun viral di media sosial, memicu rasa penasaran dan perdebatan luas di kalangan netizen.
Fenomena Bambu Petuk Viral, Ilmiah atau Mistis?
Hingga saat ini, belum ada klarifikasi atau penjelasan resmi dari pihak berwenang, baik dari pemerintah setempat maupun kalangan akademisi. Fenomena keluarnya air dari batang bambu ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah benar-benar alami, atau sekadar rekayasa?
Respons warganet pun terbagi. Sebagian menganggap ini sebagai pertanda keberkahan atau keajaiban alam, sementara lainnya mencurigai adanya trik atau manipulasi di balik fenomena tersebut.
“Kalau memang tanpa bantuan alat, ini luar biasa. Tapi tetap harus diuji kebenarannya,” tulis salah satu pengguna di kolom komentar video yang beredar.
Apa Itu Bambu Petuk?
Dalam tradisi lokal, bambu petuk adalah jenis bambu langka yang memiliki ciri unik: dua ruas tunas tumbuh saling berhadapan, satu ke atas dan satu lagi ke bawah. Banyak masyarakat percaya bahwa bambu jenis ini memiliki nilai mistis dan spiritual, bahkan diyakini membawa keberuntungan atau kekayaan bagi pemiliknya.
Tak heran, bambu petuk kerap diburu kolektor benda bertuah dan dipercaya menjadi simbol energi positif dalam budaya Jawa dan Sunda.
BACA JUGA: Heboh! Penyiar Radio Menerima Telepon dari Arwah Wanita Bernama Nida – Fakta atau Hoaks?
Misteri Alam yang Belum Terjawab
Fenomena seperti ini menjadi pengingat bahwa alam masih menyimpan banyak hal yang belum bisa dijelaskan secara ilmiah. Apakah ini bagian dari fenomena geologis, peristiwa kapiler, atau hanya sensasi sesaat yang akan terbongkar seiring waktu?
Para ahli lingkungan dan geologi diharapkan segera turun tangan untuk menyelidiki kejadian ini lebih dalam agar publik mendapatkan informasi yang jelas dan tidak terjebak dalam spekulasi semata. (*)