GetMenit.com, Kota Tangerang Selatan – Suasana malam di kawasan Kramat Tajuk, Kelurahan Cilenggang, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan, berubah mencekam pada Sabtu (9/8/2025) dini hari. Sebanyak 54 remaja digelandang ke Mapolsek Serpong setelah kedapatan membawa senjata tajam dan bom molotov untuk aksi tawuran.
Puluhan remaja ini bukan berasal dari satu wilayah saja. Mereka merupakan gabungan dari Cisauk, Pagedangan, Pamulang, Serpong, Ciputat, hingga Gunung Sindur, yang berencana bentrok dengan kelompok lain dari Kedaung, Tangerang. Rencana mereka: perkelahian massal di daerah Tekno, Tangsel.
Kapolsek Serpong, Kompol Suhardono, menjelaskan bahwa penggerebekan bermula dari laporan warga sekitar pukul 03.00 WIB.
“Kami menerima informasi adanya rombongan remaja menggunakan motor yang diduga akan tawuran. Anggota segera menuju lokasi,” ujarnya.
Begitu polisi tiba, puluhan remaja yang sebagian masih berseragam sekolah itu langsung kocar-kacir berusaha melarikan diri. Namun berkat kesigapan petugas dan bantuan warga, 54 orang berhasil diamankan.
Senjata Mematikan dan Bom Molotov
Dalam penyisiran, polisi menemukan barang bukti mengerikan: 6 celurit berbagai ukuran, 1 bom molotov, dan 25 motor yang digunakan untuk berkumpul.
“Kami akan telusuri siapa pemasok senjata tajam ini. Sebagian pelaku sempat kabur saat penyergapan,” jelas Suhardono.
Hasil pemeriksaan mengungkap adanya satu sosok penggerak berinisial DU. Ia berperan sebagai admin media sosial antar kelompok tawuran, mengatur jadwal, lokasi, dan peralatan bentrokan. Namun, DU berhasil kabur saat polisi datang.
“Kami bersama Polres Tangsel akan terus lakukan patroli siber untuk memantau akun-akun medsos yang memprovokasi tawuran,” tegasnya.
Tak Ditahan, Tapi Diberi Peringatan Keras
Karena semua pelaku masih di bawah umur, polisi tidak melakukan penahanan. Sebagai gantinya, mereka diminta menandatangani surat pernyataan tidak mengulangi perbuatan, sekaligus memanggil orang tua masing-masing untuk diberikan edukasi.
Momen mengharukan terjadi di Mapolsek Serpong ketika seorang remaja bersujud di kaki ibunya sambil menangis meminta maaf.
“Kami berharap kejadian ini jadi pelajaran berharga, bukan hanya untuk para pelaku tapi juga orang tua agar lebih mengawasi anak-anaknya,” kata Suhardono.
(Zief)