“Untuk menjadi seperti mereka, aku harus menari dengan mereka. Walau tubuh mereka telah lama membusuk di tanah.”
GetMenit.com – Aku adalah Kirana Atmaja. Lahir sebagai anak perempuan satu-satunya dalam garis keturunan keluarga Atmaja sebuah keluarga seni yang dikenal luas karena keturunan penari jaipong terbaik di Jawa Barat. Dari nenek buyut hingga ibuku, semuanya adalah penari sakral yang namanya harum di lingkaran istana, paguyuban budaya, hingga istana negara.
Namun aku berbeda.
Meski darah mereka mengalir dalam tubuhku, tubuhku kaku, tak lentur, tak peka terhadap irama gamelan maupun ketukan kendang. Bahkan saat aku mencoba menari, aku seperti menodai warisan murni yang dibanggakan keluargaku selama berabad-abad.
Tapi semua berubah setelah ibuku meninggal secara misterius saat sedang menari sendiri di pendopo keluarga, dalam sebuah malam bulan mati.
Rahasia Dibalik Kecemerlangan Keluarga Atmaja
Tiga hari setelah pemakaman ibuku, aku menemukan sebuah kotak tua dalam ruang gudang yang selalu terkunci. Di dalamnya terdapat sebuah buku usang beraksara Jawa Kuno dan beberapa foto hitam putih dari masa lampau. Foto-foto itu menggambarkan para wanita keluarga kami… menari. Tapi ada sesuatu yang janggal.
Di setiap foto itu, para penari tampak tidak sendiri. Di latar belakang yang buram, samar terlihat sosok-sosok… yang seharusnya sudah mati.
Tubuh-tubuh pucat, kepala miring, mata kosong, mengenakan pakaian tari yang sama. Mereka bukan penonton. Mereka… menari juga.
Aku nyaris melempar buku itu saat membacanya. Judulnya ditulis dengan tinta merah: